LONDON--Dialog Punakawan dengan tokoh
budayawan, Emha Ainun Najib mewarnai pergelaran Wayang Punakawan
Nusantara Madagaskar (WPNM) dengan cerita Semar Mengunjungi Kerabat di
Madagaskar bertempat di Wisma Indonesia, Madagaskar, pada akhir pekan.
Dialog
hubungan bilateral Indonesia-Madagaskar dan prospeknya dilihat dari
kacamata budaya sebagaimana yang tergambar dari berbagai karya sastranya
dilakukan melalui sambungan jarak jauh, demikian Pelaksana Fungsi
Pensosbud KBRI Antananarivo, Hanggorono Nurcahyo di London, Selasa.
Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Antananarivo pagelaran Wayang Punakawan
Nusantara Madagaskar (WPNM) merupakan pagelaran perdana yang
diselenggarakan di Madagaskar kreasi Kepala Perwakilan RI/Kuasa Usaha
Tetap (KUTAP) RI Antananarivo, Artanto S. Wargadinata sebagai salah satu
langkah pelaksanaan Total Diplomacy KBRI Antananarivo khususnya dalam
program Trade Tourism Investment and Cultural (TTIC).
Pementasan
ini disaksikan sekitar 125 orang terdiri dari masyarakat Indonesia yang
bermukim di Madagaskar juga anggota Ikatan Alumni Indonesia (IAI) yang
tergabung dalam Masyarakat Malagasy yang pernah mengikuti pendidikan
atau pelatihan di Indonesia, seperti Kerjasama Negara Berkembang atau
KNB, Dharmasiswa, Lemhanas dan Sesko TNI.
Pagelaran yang bertema
Semar is Visiting Relatives in Madagascar atau Semar dia nitsidika ny
rahalaliny eto Madagasikara itu dilakukan KUTAP RI dibantu sejumlah Staf
KBRI Antananarivo selama kurang lebih satu jam yang berhasil memukau
penonton.
Pementasan ini dilakukan dengan Bahasa Indonesia yang
diselingi bahasa-bahasa lainnya seperti Inggris, Malagasy, Perancis,
Arab, Hindi dan Italia serta beberapa dialog dengan bahasa daerah yang
banyak bersentuhan dengan kebudayaan dan bahasa Malagasi antara lain
Dayak. Manyaan, Banjar, Batak Toba, Palembang, Jawa dan Sunda.
Selama
pementasan, terdapat sesi khusus dialog interaktif antara wakil hadirin
dengan tokoh budayawan, Emha Ainun Najib melalui sambungan jarak jauh
tentang hubungan bilateral Indonesia-Madagaskar dan prospeknya dilihat
dari kacamata budaya sebagaimana yang tergambar dari berbagai karya
sastranya.
Dua wakil penonton Romo Bono dan Jenderal Gendarmerie
Madagaskar alumni Sesko TNI, Jenderal Rakotomanana ikut memeriahkan
suasana pementasan. Romo Bono saat ini sedang mengadakan penelitian
mengikuti hasil penelitian sarjana Norwegia Otto Christian Dahl, penulis
buku Migration from Kalimantan to Madagascar (1991).
Kuasa
Usaha Tetap (KUTAP) RI Antananarivo, Artanto S. Wargadinata mengatakan
melalui Soft Power Diplomacy yang salah satu bentuknya adalah Pagelaran
WPNM tersebut, diharapkan mampu menjadi bridging saling pengertian
posisi masing-masing pihak, peningkatan kerjasama dalam bidang ekonomi
perdagangan dan investasi serta sosial budaya berupa pendidikan dan
kerja sama teknik.
Diharapkan menjadi stimulus bagi pengembangan
kerjasama bilateral di masa mendatang seperti Kajian pembukaan
Indonesian Center, Studi Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Malagasy,
Kerjasama Bidang Kepemudaan dan Olah Raga, serta Kerjasama Bidang
Lingkungan Hidup.
Madagaskar yang saat ini yang berpenduduk k.l.
21 juta jiwa potensial menjadi modalitas yang signifikan bagi
pengembangan hubungan bilateral disegala bidang. Pagelaran WPNM ini
diharapkan pula mampu menumbuhkembangkan hubungan kedua bangsa dan
negara yang didasari oleh Persaudaraan Abadi, Silaturahmi dan Tali
Kasih.
Hanggorono Nurcahyo mengatakan gubungan bilateral
Indonesia dengan Madagaskar tergolong unik karena adanya hubungan
psikologis-historis antara kedua suku bangsa. Suku terbesar di
Madagaskar, yaitu suku Imeria, yang bermukim di wilayah Antananarivo
adalah keturunan dari bangsa Polinesia bagian Indonesia yang melakukan
migrasi ke Madagaskar pada abad ke-5 Masehi.
Bahasa Madagaskar
merupakan salah satu rumpun bahasa Melayu Polinesia, bahkan sangat mirip
dengan bahasa suku Manyan salah satu suku dayak di Kalimantan Barat,
demikian Hanggorono Nurcahyo. ( KOMPAS.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar