Kamis, 17 Mei 2012

Dunia Penyair Jerman Dilarang Masuk Israel


Dia diberi status persona non grata akibat puisinya yang dinilai menghina Israel.




Seorang penyair Jerman dilarang masuk Israel setelah pemerintah setempat menerapkan status persona non gratakepadanya. Keputusan ini dijatuhkan menyusul berbagai kritikan dari pemerintah Israel terkait puisinya yang dipublikasikan di media Jerman.

Diberitakan CNN, Minggu 8 April 2012, status persona non grata atau orang yang tidak diinginkan diberikan Israel untuk penyair Gunter Grass asal Jerman. Puisinya berjudul "Apa yang Perlu Dikatakan"

Rabu, 16 Mei 2012

Dialog Punakawan dengan Emha Ainun Najib

LONDON--Dialog Punakawan dengan tokoh budayawan, Emha Ainun Najib mewarnai pergelaran Wayang Punakawan Nusantara Madagaskar (WPNM) dengan cerita Semar Mengunjungi Kerabat di Madagaskar bertempat di Wisma Indonesia, Madagaskar, pada akhir pekan.

Dialog hubungan bilateral Indonesia-Madagaskar dan prospeknya dilihat dari kacamata budaya sebagaimana yang tergambar dari berbagai karya sastranya dilakukan melalui sambungan jarak jauh, demikian Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Antananarivo, Hanggorono Nurcahyo di London, Selasa.

Kamis, 10 Mei 2012

Indonesia Kata


By: Ferry Arbania


Begitu dekat
begitu memikat
suaraku tersekat
Indonesia berkarat
dalam lumut puisiku yang muncrat……….


(20 Juni 2010 1.16 Di sebuah dini hari yang menari)

Riuh Musim


Seumpama sayap melati yang terbang dilembah kalbu
kau taburkan pesona dialtar jiwa yang putih
lantas kau seret sukmaku tenggelam dilaut rindu

Sementara diatas langit pengharapanku
angin bersemi dalam lentik musim cahaya
dan sandarkan gelisah ini padamu
hingga jemari bertukar hangat
mengadu decak kagum
pada debar
didada
akh,
kau
d
a
n
aku
ternyata adalah satu.


Juni 7, 2010 pada 2:20 pm 

berapa kali


By:Ferry Arbania-

Berapa kali kau ucapkan rindu
saat melati tak lagi menancapkan duri
setangkai bunga yang memutih cinta
aku datang padamu dengan tarian semesta
lagu kepodang dan janji matahari
menambah pujian angin dan cahaya air mata

sela duri dan semerbak jiwa yang membara
kusudahi pertikaian angin yang berhembus dari akar cemburu
demi satu harapan, kau tak lagi nyatakan ragu
demi waktu yang menyampaikan pesan usia
pada pucuk-pucuk embun yang jatuh dalam do'a
kupulangkan hianat pada gelombang
mencari keadilan Tuhan dan rindu moyang
sampai perjalanan ini pun berhenti di titik nikah
kukabarkan setiamu pada putihnya gaun pengantin
sampai kalimat aku berbuah suami pada ucapmu
setelah itu giliranku memanggilmu dengan sebutan istri
"Wahai pertanyaanku,
berapa kali kuciumi sajakmu dengan sepiku"

Sumenep, 1 Des.2011

Kidung Musyafir




kurasakan sukmamu bernyanyi dalam irama pasir
yang bertasbih dipantai cinta
sembab pandanganmu
seketika berubah jingga
mengajakku bersiul dan bernyanyi dalam kidung asmaradana
sore yang begini sepi
saat panorama rembang senja hari manari dilangit majasku
kutemukan rajukmu seperti ombak
mengulum buih yang letih
dan melempar asinnya laut pada ikan-ikan tanya
“Bisakah kau merajuk dalam pintaku yang putih..??”


Madura, 31 Mei 2010

Setangkai Sajak Melati



Seumpama melati
kucari engkau ditaman asri
kubingkai rasamu dan asaku menjadi satu
lalu kuikat semerbak cinta ini dengan kesetiaan
Seumpama Melati
kucintai engkau dengan separuh sajak-sajakku
dan separuhnya lagi dengan jiwa
kuharap tak ada yang pergi
keculai untuk saling memadu
Seumpama Melati
kuabadikan abjad-abjad namamu
dalam kanvas darah dan airmata
memesraimu dalam aksara jelita
Melatiku, peluklah aku
sebelum sajak-sajakmu kuhabiskan disecangkir kopi.


Madura, 31 Mei 2010 (Hari Dunia Tanpa Tembakau)

Semerbak Sayang


by: Ferry Arbania

Ciumlah aku dengan miskinnya kata
jangan pergi sebelum fajar berucap jingga
sebab telah kutandai dinding hatimu dengan lencana
dan puisi-puisimu yang telah lama menyimpan benih rinduku
ku nyatakan lagi takjub ini padamu
menara hati yang menjulangg diangkasa daun
telah kupetik mimpimu
sembari menciumi semerbak aromanya pada kalbu
malam ini kusaksikan gelombang petik laut berkibar kembali
menemani ritual jiwa yang hangat dihantar bianglala surgawi
lalu, kucelupkan getar dada ini pada kolam wajahmu yang nyaris sempurna
duh, mataku terkantuk pula didada benua
wahai cinta
laut dan gelombang cahaya
dimanakah cinta ini mesti kupahatkan lagi
sementara bidadari ini, begitu hangat menggodaku?
Sumenep, 16 Mei 2011

menghantar kelopak jiwa ini serasa bergemuruh
menahan jerit pukau
pada lentik dan rekah bibirmu
yang kurasa menguntum dalam mabukku
mendekatlah permaisuri hatiku
jangan biarkan angin malam mengangkangi wajah bulan
telah kusiapkan lagu-lagu kesukaanmu
sajak-sajak Basrah yang menggigil
atau pada auramu yang menguning dalam do’a suci
bergegaslah…………..
merunduklah pada tegarnya pohon jati
lantaran ceruk malam memahkotai hati dengankekayinan
jangan hiraukan desah daun yang memanjang diranting akasia itu
dengarlah melody kesungguhan ini
denting iramanya telah melahirkan suara Daud
mendiamkan resah pada puisi-puisi kita
syair kehidupan yang digembalakan
seperti pintamu pagi itu
mengajakku bernyanyi dalam riuh gitarku yang mangsai……….
lambaiang kain itu sepertinya telah mengijinkan jemari yang lain
untuk mengusap peluh yang melepuh
pun juga angin yang sesekali menyelinap dalam kantuk
kutemukan semerbak rasa
menyerteku
memaksaku
membopongmu ke ranjang bulan…………………
tidurku tersekap hasrat
dekapmu………………………. 


Sumber