by: Ferry Arbania
kularutkan hasarat ini pada malam
ketika bintang dan cahaya bulan merapuh diujung kelam
kubiarkan suara angin menindih pori-pori kulitku
menyibak tirai basah yang melebat diubun-ubun kepala
lantaran telah kutemukan cahaya cinta
yang menukar tasbih dengan lilin-lilin kecil dirindang kabut
sementara nisan-nisan tak bernama kian membeku
menahan getir embun yang jatuh satu persatu
lalu hinggap dan memeluk sepi
disini, dilorong yang entah kemana arahnya
kutemukan sehelai kain putih berkibarkan aroma tulang
menekuni detak jantungku yang kian berdegup kencang
isyarat mata dan wajah pucat pasi
seolah merimbun dari dinginnya akasia
bunga kamboja putih tua
bau tanah yang baru selesai digali
isak tangis dan sedu sedan air mata
bertumpuk-tumpuk menjadi igauan rahasia
kubayangkan jejak kaki ini sudah membangunkan tidur panjangmu
sejenak kau memanggilku dan orang-orang terdekatmu
sembari meminta kami untuk tidak meninggalkanmu sendiri
kubca kalam fatiha dan talqin pembebasan
sambil memantrai peristrirahatan panjangmu dengan do'a-do'a
"Semoga Allah memudahkan malam pertamamu di alam keabadian".
Asta tinggi, 01:02/05102010